Sinyal Lemah di Pandeglang Warga Belajar Pakai Doa

PANDEGLANG | OHGITU.COM - Di era TikTok merajai dunia dan rapat daring jadi menu sehari-hari, beberapa wilayah di Kabupaten Pandeglang ternyata masih “nyepi sinyal”. Blankspot alias tanpa jaringan. Ironis, mengingat daerah ini cuma selempar batu dari Ibukota, pusat segala sinyal dan notifikasi.
Kondisi ini bikin kegiatan pendidikan dan pelayanan publik serasa jalan di tempat. Bayangkan, ketika sekolah lain pakai Zoom, di sini guru masih teriak “halo... halo…” ke HP yang cuma nyala satu bar.
Anggota Komisi I DPR RI, Rizki Aulia Natakusumah, angkat bicara soal hal ini. Menurutnya, pembangunan jaringan internet bukan cuma urusan daerah 3T (tertinggal, terluar, terpencil). Pandeglang, yang jelas bukan 3T, juga butuh perhatian khusus.
“Pertama, jaringan internet bukan hanya di daerah 3T yang perlu dikembangkan, tapi di daerah non-3T juga harus jadi prioritas,” ujarnya, Selasa 11 November 2025.
Rizki bilang, Komisi I DPR bakal mendorong kementerian terkait supaya pembangunan jaringan telekomunikasi benar-benar sampai ke pelosok. “Kami akan menyuarakan hal ini kepada kementerian yang bertugas membangun jaringan internet dan telekomunikasi di seluruh pelosok negeri,” tambahnya.
Menurut Rizki, urusan sinyal nggak bisa diserahkan sepenuhnya ke pemerintah. Harus ada kolaborasi dengan pihak swasta yang punya modal, teknologi, dan—ya, mungkin—sinyal lebih kuat.
“Untuk daerah non-3T, fokusnya memang ke perusahaan swasta. Jadi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta harus duduk bersama mencari solusi, khususnya di wilayah yang sebenarnya dekat ibu kota tapi sinyalnya belum maksimal,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan infrastruktur. Karena tanpa perangkat dan peralatan memadai, jangankan Zoom meeting—nonton video buffering saja bisa bikin iman diuji.
Baca juga: Pandeglang Kencengin Gapura Rp356 Juta, Internetnya Masih Nyangkut di Buffering
Rizki menegaskan bahwa akses internet yang baik bukan lagi kemewahan, tapi kebutuhan. Apalagi pendidikan sekarang serba digital. “Anak-anak harus bisa belajar daring tanpa hambatan,” katanya.
Masalahnya, gimana mau belajar daring kalau sinyal sering “kabur” di tengah jam pelajaran? Guru akhirnya lebih sering nyari spot sinyal daripada nyari murid yang bolos.
Jadi, entah kapan sinyal kuat itu benar-benar mampir ke Pandeglang. Tapi yang jelas, sebelum jaringan internetnya stabil, warga setempat tampaknya masih harus bersabar—dan mungkin sedikit lebih sering naik ke genteng. Karena di Indonesia, kadang cara tercepat cari sinyal ya bukan lewat kebijakan, tapi lewat ketinggian.